oleh

Tiga Warisan Budaya Takbenda Indonesia 2024 dari Tanjungpinang

banner 728x90

Medianesia.id, Tanjungpinang – Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) menetapkan tiga karya budaya khas Kota Tanjungpinang sebagai Warisan Budaya Takbenda (WBTb) Indonesia tahun 2024.

Ketiga karya budaya tersebut, yakni, Sampan Apolo, Baju Belah Bentan, dan Baju Pesak Enam. Berikut ulasan ketiga warisan budaya tak benda khas Tanjungpinang:

Sampan Apolo

Sampan Apolo. Foto: Dok. Disbud Kepri

Sampan Apolo adalah jenis perahu yang dirancang khusus untuk meluncur di atas lumpur berair saat laut surut.

Kondisi alam Tanjungpinang yang berbukit-bukit dan memiliki pantai landai menyebabkan air pasang surut cukup jauh, namun tetap menyisakan air yang dangkal.

Sampan berlunas biasa tidak dapat beroperasi dalam kondisi ini karena akan terjebak di lumpur, sehingga masyarakat Tanjungpinang menciptakan inovasi dengan membuat sampan tanpa lunas yang datar di bagian bawahnya, memungkinkan sampan ini bergerak di air yang dangkal.

Fungsi Sampan Apolo sangat penting bagi masyarakat Tanjungpinang, digunakan sebagai alat transportasi untuk mengangkut orang, nelayan, dan barang.

Sampan ini telah digunakan sejak Pulau Penyengat dihuni oleh pembesar Kerajaan Melayu Riau pada tahun 1804, dan terus menjadi alat transportasi utama setelah ibu kota Kerajaan Riau Lingga dipindahkan ke Penyengat pada tahun 1886.

Baju Belah Bentan

Baju Belah Bentan. Foto Dok. Disbud Kepri

Baju Belah Bentan adalah pakaian tradisional Melayu khas Tanjungpinang, yang merupakan variasi dari kebaya pendek. Pakaian ini memiliki modifikasi pada bagian lengan bawah, yang dibuat mengembang dan terbelah.

Pakaian adat ini dikenakan oleh perempuan Melayu sebagai identitas budaya, dan bentuknya disesuaikan dengan ajaran Islam, yang menjadi pedoman hidup masyarakat Melayu sejak abad ke-13.

Busana ini populer di kalangan perempuan muda dan wanita setengah baya, yang menginginkan penampilan modis namun tetap sesuai dengan aturan agama.

Baju Belah Bentan memungkinkan pemakainya untuk tampil elegan dan tetap praktis, terutama saat berwudhu.

 

Baju Pesak Enam

Baju Pesak Enam. Foto: Disbud Kepri

Baju Pesak Enam adalah baju kebaya yang memiliki enam bagian pesak, dengan kancing penuh di bagian depan dan kerah cekak musang.

Pakaian ini menjadi busana kebesaran dalam berbagai acara, terutama bagi keluarga bangsawan di Tanjungpinang.

Baju ini merupakan hasil kreativitas para perempuan bangsawan, seperti Tengku Raja Hamidah, yang mengembangkan busana ini agar lebih menarik namun tetap menjaga adab dan adat yang berlaku.

Baju Pesak Enam dipengaruhi oleh baju kebaya pendek, dengan tambahan kancing penuh dan kerah yang mengarah pada gaya baju dari Aceh dan Pahang.

Busana ini masih dilestarikan oleh keluarga keturunan Engku Hamidah dan digunakan dalam acara-acara penting hingga hari ini.

Penetapan ketiga karya budaya ini sebagai WBTb Indonesia tidak hanya merupakan bentuk pengakuan terhadap warisan budaya Tanjungpinang, tetapi juga menjadi motivasi bagi masyarakat untuk terus melestarikan dan memperkuat identitas budaya mereka.

*Sumber Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Tanjungpinang

Editor: Brp

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita lainnya