Medianesia.id, Batam – Pengamat politik Ray Rangkuti menilai tidak ada hambatan berarti bagi PDI Perjuangan (PDIP) dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) untuk berkoalisi dalam pemilihan kepala daerah (pilkada).
Meskipun kedua partai ini sering dianggap sulit berkoalisi karena perbedaan ideologi dan basis massa, Ray menyatakan bahwa perbedaan tersebut bukanlah penghalang utama.
Gesuriid melaporkan, konstituen PDIP dan PKS tetap solid dan tidak akan meninggalkan partai mereka meskipun terjadi koalisi.
“Ini kan dua partai yang ideologinya paling kuat di Indonesia dan umumnya pemilih mereka solid. Artinya, pemilih mereka akan mendukung apa pun keputusan partai,” kata Ray baru-baru ini.
Direktur Lingkar Madani ini menambahkan bahwa benturan ideologi antara kedua partai tidak akan berdampak pada pemilih yang tetap setia. Selain itu, kedua partai memiliki “musuh” bersama, yaitu politik dinasti Joko Widodo, terutama dalam Pilkada Jakarta, di mana putra Jokowi, Kaesang Pangarep, diperkirakan akan maju sebagai calon gubernur.
Ray menegaskan bahwa majunya Kaesang tidak akan menggerus basis pemilih di Jakarta yang saat ini didominasi oleh PKS dan PDIP. Hal ini terbukti dari hasil Pileg DPRD 2024, di mana PKS menempati posisi tertinggi, sedangkan PDIP berada di urutan kedua.
Menurut Ray, koalisi antara PDIP dan PKS lebih mungkin terjadi dibandingkan kerja sama dengan Anies Baswedan. Pengalaman Pilgub DKI 2017 membuat pemilih PDIP masih sulit menerima Anies. Ray juga menjelaskan bahwa ketegangan antara PDIP dan PKS hanya terjadi pada Pilgub Jakarta 2017.
Ray mengingatkan bahwa PKS dan PDIP pernah berkoalisi dalam beberapa pilkada, termasuk mengusung Jokowi di Solo.
“Kan mereka mengusung Pak Jokowi di Solo dulu. Yang mengusung Pak Jokowi itu PDIP, PKS, dan beberapa partai lain, dan tidak ada masalah. Ini kan kita terbentur karena kasus Jakarta kan,” tutur Ray.(*/Brp)
Editor: Brp