Libur Awal Tahun Picu Kenaikan Harga Bahan Pokok di Batam

Medianesia
Libur Awal Tahun Picu Kenaikan Harga Bahan Pokok di Batam
Lonjakan harga sejumlah bahan pokok terjadi di Batam, termasuk cabai, santan murni, dan sayuran. Foto: Dok Medianesia.

Medianesia.id, Batam – Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kota Batam, Gustian Riau, menjelaskan penyebab lonjakan harga sejumlah bahan pokok di Batam, termasuk cabai, santan murni, dan sayuran.

Salah satu faktor utama adalah gangguan pasokan yang terjadi selama libur panjang.

“Selama enam hari libur, mulai 30 Desember hingga 4 Januari, banyak pihak yang terlibat dalam rantai pasokan cabai—mulai dari petani, pedagang, hingga ekspedisi—yang libur. Akibatnya, pasokan cabai dari Medan terhenti dan tidak masuk ke Batam,” ujar Gustian, Senin (6/1/2025).

Selain pasokan dari Medan, distribusi cabai dari Aceh yang biasanya dikirim melalui kapal dari Dumai juga terhambat. Hal ini menyebabkan harga cabai melonjak tajam di pasaran.

Pantauan Disperindag di Pasar Toss 3000 menunjukkan harga cabai merah sempat menyentuh Rp 110.000 per kilogram. Namun, pada 6 Januari 2024, harga mulai turun menjadi Rp 85.000 per kilogram.

“Di Pasar Botania 1, harga cabai masih Rp 110.000 karena yang dijual adalah stok lama. Namun, dengan kembalinya ekspedisi, harga mulai stabil,” jelas Gustian.

Kenaikan harga juga terjadi pada santan murni, yang bahan bakunya, kelapa tua, mayoritas dikirim dari luar Batam, seperti Tembilahan, Riau.

Gangguan ekspedisi selama libur panjang menyebabkan pasokan kelapa tua terbatas, yang berdampak pada harga santan.

“Di Batam, kelapa yang tersedia kebanyakan kelapa hijau, yang tidak cocok untuk produksi santan. Namun, dengan kembalinya operasional ekspedisi, harga santan dan sebagian besar sayuran sudah kembali normal,” tambahnya.

Meskipun demikian, Dia menegaskan bahwa beberapa jenis sayuran lokal di Batam tidak mengalami kenaikan harga signifikan.

Disperindag Batam terus memantau perkembangan harga bahan pokok di pasar dan berupaya menjaga kestabilan pasokan.

Gustian juga menyatakan bahwa memprediksi kebutuhan cabai dengan akurat masih menjadi tantangan, terutama ketika terjadi gangguan distribusi yang tidak terduga.

“Kami sudah mencoba mengantisipasi, tetapi sulit memperkirakan kebutuhan cabai, terutama saat terjadi gangguan seperti ini,” ujarnya.(*)

Editor: Brp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *