banner 1078x60

Jumlah Kelas Menengah Indonesia Menurun, Apa Dampaknya?

Medianesia
Jumlah Kelas Menengah Indonesia Menurun, Apa Dampaknya?
Ilustrasi aktivitas masyarakat di salah satu pasar. Jumlah kelas menengah Indonesia menurun. Foto: Pexels.
banner 678x60

Medianesia.id, Batam – Data terbaru dari Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah kelas menengah di Indonesia terus menurun sejak 2019.

Tahun ini, hanya 17,13% dari total penduduk Indonesia yang termasuk kelas menengah, atau sekitar 46,85 juta jiwa.

Angka ini jauh lebih rendah dibandingkan dengan 2019 yang mencapai 21,45% atau 57,33 juta jiwa.

Ekonom Senior dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Tauhid Ahmad, menjelaskan bahwa penurunan ini menunjukkan banyak orang yang “turun kelas” ke tingkat rentan miskin.

“Ada yang turun satu atau bahkan dua level. Level paling bawah itu miskin, lalu rentan miskin, dan di atasnya menuju kelas menengah,” kata Tauhid.

Sementara kelas menengah menurun, jumlah penduduk yang rentan miskin justru naik signifikan.

Pada 2024, jumlah penduduk rentan miskin tercatat 24,23% atau 67,69 juta orang, meningkat dari 2019 yang hanya 20,56%.

Menurut Direktur Eksekutif Celios, Bhima Yudhistira Adhinegara, mayoritas pengeluaran kelas menengah dialokasikan untuk makanan, yaitu sekitar 41,67% dari total pengeluaran.

Sementara itu, pengeluaran untuk tempat tinggal menempati posisi kedua dengan 28,5%, dan hiburan hanya 0,38%.

“Rata-rata pengeluaran per bulan untuk kelas menengah berkisar antara Rp 1,9 juta hingga Rp 9,3 juta per orang,” katanya.

Sementara itu, kelas menengah bawah membelanjakan antara Rp 825 ribu hingga Rp 1,9 juta per bulan, dan kelompok rentan miskin hanya Rp 550 ribu hingga Rp 825 ribu.

Data BPS menunjukkan adanya perubahan pola pengeluaran dalam satu dekade terakhir. Proporsi pengeluaran untuk makanan terus meningkat, mencapai 41,67% pada 2024.

Sebaliknya, pengeluaran untuk hiburan dan kendaraan cenderung menurun. Pengeluaran untuk hiburan turun dari 34,36% pada 2014 menjadi 28,52% pada 2024, sementara pengeluaran untuk kendaraan juga turun dari 7,27% menjadi 3,99% dalam periode yang sama.

Sebaliknya, pengeluaran untuk pakaian mengalami kenaikan tajam dari 8,44% pada 2014 menjadi 18,54% pada 2024.

Hal yang sama terjadi pada pengeluaran untuk barang dan jasa lainnya, yang meningkat dari 4,74% menjadi 11,26%.

Data ini menunjukkan bahwa situasi ekonomi masyarakat Indonesia, khususnya kelas menengah, mengalami tekanan dalam beberapa tahun terakhir.

Meningkatnya jumlah penduduk rentan miskin adalah tantangan besar yang perlu diatasi, sementara perubahan pola pengeluaran mencerminkan prioritas kebutuhan hidup yang berubah.(*/Brp)

Editor: Brp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *