Medianesia.id, Tanjungpinang – Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) berhasil mencatatkan penurunan signifikan dalam angka stunting pada tahun 2022.
Berdasarkan data terbaru, prevalensi stunting di Kepri turun dari 17,6% menjadi 15,4%. Prestasi ini merupakan buah dari berbagai program intervensi yang digalakkan oleh pemerintah daerah.
Penurunan yang paling mencolok tercatat di Kabupaten Karimun, dengan angka stunting turun dari 17,6% pada tahun 2021 menjadi 13,3% pada tahun 2022. Kota Tanjungpinang juga berhasil menurunkan prevalensi stunting dari 18,8% pada tahun 2021 menjadi 15,7% pada tahun 2022.
Di Kepulauan Anambas, prevalensi stunting turun drastis dari 21,7% pada tahun 2021 menjadi 14,0% pada tahun 2022. Kabupaten Lingga dan Natuna juga menunjukkan hasil positif, dengan Lingga turun dari 25,4% pada tahun 2021 menjadi 18,9% pada tahun 2022, dan Natuna dari 18,0% pada tahun 2022 menjadi 16,1% pada tahun 2023.
Namun, berbeda dengan daerah lain, Kota Batam mengalami kenaikan prevalensi stunting dari 15,2% pada tahun 2022 menjadi 16,1% pada tahun 2023. Kenaikan ini menjadi tantangan tersendiri bagi Batam sebagai kota urban, meskipun berbagai upaya telah dilakukan.
Pemerintah Provinsi Kepri memandang kenaikan ini sebagai peringatan untuk memperkuat program-program penanganan stunting di Batam dan memastikan intervensi yang lebih efektif diterapkan di lapangan.
Sekretaris Daerah Provinsi Kepri, Adi Prihantara, menegaskan komitmen Pemprov Kepri untuk menurunkan prevalensi stunting melalui program intervensi yang terstruktur dan berkelanjutan.
“Program-program seperti peningkatan gizi melalui Pemberian Makanan Tambahan (PMT), penguatan kapasitas tenaga kesehatan, serta pelaksanaan pengukuran dan surveilans secara berkala terus kami tingkatkan,” ujarnya.
Ia juga menekankan, pentingnya pencegahan stunting dari akar masalahnya. Program peningkatan kualitas sanitasi, akses air bersih, serta edukasi gizi bagi ibu hamil dan keluarga menjadi prioritas.
“Kami berupaya agar penurunan ini berkelanjutan dan bukan hanya sementara,” tambahnya.
Pemprov Kepri juga memperkuat koordinasi antar Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) di berbagai tingkatan. Dengan memberikan perhatian khusus kepada keluarga berisiko tinggi.
“Sinergi dan kolaborasi antara pemerintah, tenaga kesehatan, dan masyarakat adalah kunci keberhasilan ini,” kata Adi.
Sekda juga menyampaikan apresiasi atas kerja keras semua pihak yang berkontribusi dalam penurunan angka stunting di Provinsi Kepri.
Dengan penurunan prevalensi stunting yang mulai terlihat di sebagian besar wilayah, Pemprov Kepri optimis dapat mencapai target penurunan prevalensi hingga 10,20% pada tahun 2024.
Ini menjadikan Kepri sebagai salah satu provinsi dengan penanganan stunting yang efektif di Indonesia. Upaya berkelanjutan ini diharapkan dapat memastikan masa depan generasi muda Kepri yang lebih sehat dan berkualitas.**
Editor: Brp
Komentar