banner 1078x60

Putin Dorong Transaksi BRICS dengan Mata Uang Lokal, Perkuat Dedolarisasi

Medianesia
Putin Dorong Transaksi BRICS dengan Mata Uang Lokal, Perkuat Dedolarisasi
Putin Dorong Transaksi BRICS dengan Mata Uang Lokal, Perkuat Dedolarisasi. Foto: X/TheBigBossPutin.
banner 678x60

Medianesia.id, Batam – Presiden Rusia Vladimir Putin mengajak negara-negara anggota BRICS untuk melakukan transaksi perdagangan menggunakan mata uang lokal sebagai langkah mengurangi ketergantungan pada dolar AS, atau yang dikenal dengan dedolarisasi.

Pada pertemuan KTT BRICS terbaru, Putin menekankan bahwa mengurangi penggunaan dolar AS dapat meningkatkan stabilitas ekonomi negara-negara BRICS di tengah tantangan global.

Menurut laporan Business Insider, Jumat (25/10/2024), Putin menegaskan pentingnya upaya dedolarisasi yang telah lama digaungkan oleh BRICS.

Ia meyakini bahwa transaksi dengan mata uang lokal akan mengurangi biaya utang dan meningkatkan kemandirian finansial bagi anggota BRICS, serta membantu memitigasi risiko geopolitik yang berpotensi menghambat pertumbuhan ekonomi.

“Pembayaran dalam mata uang lokal memungkinkan pengurangan biaya utang serta meningkatkan kemandirian keuangan bagi negara-negara BRICS, di samping meminimalkan pengaruh politik pada perkembangan ekonomi global,” ujar Putin dalam diskusinya dengan Presiden BRICS New Development Bank, Dilma Rousseff.

Putin juga mengungkapkan bahwa sebelum KTT BRICS, ia telah membahas inisiatif ini dengan beberapa negara ekonomi besar Asia, termasuk Cina, India, Vietnam, dan Indonesia.

Keikutsertaan Indonesia di KTT BRICS, yang diwakili oleh Menteri Luar Negeri RI Sugiono, menandai peran aktif Indonesia sebagai salah satu dari 13 mitra baru BRICS.

BRICS, akronim untuk Brasil, Rusia, India, Cina, dan Afrika Selatan, kini menyumbang sekitar 20% dari perdagangan global.

Selain Indonesia, anggota mitra baru lainnya termasuk Aljazair, Belarus, Bolivia, Kuba, Kazakhstan, Malaysia, Nigeria, Thailand, Turki, Uganda, Uzbekistan, dan Vietnam.

Di sisi lain, seorang analis kebijakan Eropa, Evgeny Roshchin, mengingatkan bahwa meskipun BRICS menunjukkan komitmen untuk membentuk tatanan ekonomi baru, aliansi ini masih menghadapi persaingan dan kepentingan yang saling berseberangan antaranggota.

“Di balik retorika Putin, Rusia masih mempertanyakan apakah anggota-anggota baru akan mampu menjadi mitra yang setara dalam aliansi ini,” ungkap Roshchin.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *