Harga Bahan Pokok di Tanjungpinang Naik Jelang Lebaran

Santan Sentuh Rp40 Ribu per Liter

Medianesia
Harga Bahan Pokok di Tanjungpinang Naik Jelang Lebaran
Masyarakat antusias belanja kebutuhan pokok di Pasar Tanjunginang menjelang lebaran. Foto: Ismail

Medianesia.id, Tanjungpinang – Menjelang Hari Raya Idul Fitri 1446 Hijriah, harga sejumlah bahan pokok di Kota Tanjungpinang mengalami kenaikan. Meski demikian, pemerintah memastikan stok tetap aman dan terkendali.

Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disdagin) Kota Tanjungpinang, Riany, mengungkapkan beberapa komoditas mengalami kenaikan harga akibat faktor cuaca dan distribusi. Namun, kenaikan tersebut masih dalam batas wajar.

Kondisi cuaca yang kurang bersahabat menyebabkan pasokan ikan berkurang, sehingga harga mengalami kenaikan. Ikan tongkol kini dijual dengan harga Rp30.000–Rp33.000 per kilogram, sementara ikan selar berkisar Rp38.000–Rp40.000 per kilogram.

“Harga ikan naik karena hasil tangkapan nelayan berkurang akibat cuaca yang kurang mendukung,” ujar Riany saat melakukan sidak di Pasar Bintan Center, Jumat kemarin.

Selain ikan, harga ayam juga mengalami kenaikan dari Rp35.000 menjadi Rp38.000 per kilogram, dengan harga tertinggi mencapai Rp40.000.

Sementara itu, harga daging potong tetap stabil di Rp170.000 per kilogram sesuai kesepakatan antara pemerintah dan pelaku usaha selama lima tahun terakhir.

Harga daging beku bervariasi antara Rp80.000 hingga Rp100.000 per kilogram. Sebaliknya, harga bawang merah justru mengalami penurunan menjadi Rp18.000 per kilogram.

“Harga bawang turun karena pasokan dari daerah penghasil cukup banyak,” kata Riany.

Santan Melonjak Hingga Rp40 Ribu per Liter

Salah satu kenaikan harga yang paling mencolok menjelang Lebaran adalah santan segar. Seorang warga mengungkapkan harga santan yang biasanya di bawah Rp30.000 per liter kini melonjak hingga Rp40.000.

“Biasanya santan segar masih di bawah Rp30.000 per liter, sekarang naik drastis. Kami berharap pemerintah bisa mengendalikan harga,” katanya.

Riany menjelaskan, kenaikan harga santan dipengaruhi oleh mahalnya harga kelapa di tingkat produsen. Produksi kelapa di Kepulauan Riau, seperti Lingga, Midai, Nipah, dan Natuna, banyak diekspor ke Vietnam,

Malaysia, dan China dengan harga Rp8.000 per butir, sementara di pasar lokal harganya hanya berkisar Rp3.500–Rp4.000 per butir.

“Produsen tentu lebih memilih menjual ke luar negeri karena keuntungannya lebih besar,” jelasnya.

Untuk mengatasi hal ini, Pemerintah Provinsi Kepri telah mengusulkan moratorium ekspor kelapa selama 3–6 bulan kepada pemerintah pusat agar pasokan dalam negeri kembali stabil.

Selain itu, pemerintah berencana mengenakan biaya tambahan pada ekspor kelapa, yang nantinya akan dikembalikan kepada petani dalam bentuk subsidi pupuk, perbaikan jalur distribusi, dan dukungan lainnya.

“Harapannya, petani tetap mendapatkan keuntungan tanpa harus bergantung pada ekspor, sementara pasokan dalam negeri tetap stabil,” ungkap Riany.

Pemerintah Kota Tanjungpinang telah mengadakan pertemuan dengan beberapa distributor untuk memastikan harga tetap terkendali dan tidak ada lonjakan yang berlebihan.

“Kami memahami ada faktor distribusi dan cuaca yang memengaruhi harga, tetapi tetap harus mempertimbangkan daya beli masyarakat,” tegas Riany.

Pemerintah berharap pasokan dan harga tetap stabil hingga Hari Raya Idul Fitri, sehingga masyarakat dapat berbelanja dengan harga yang wajar dan merayakan Lebaran dengan tenang.

“Kami terus memantau harga bahan pokok dan memastikan ketersediaannya di pasaran, sehingga masyarakat tidak perlu khawatir,” tutup Riany. (Ism)

Editor: Brp

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *